TUGAS BESAR



TUGAS BESAR UP & UC

SISTEM KONTROL BUDIDAYA SAWI MEDIA HIDROPONIK BERBASIS MIKROKONTROLER





Referensi:

1. Hulukati, Stephan A., Muhammad Asri, Owin Pegu, and Syahrir Abdussamad. 2022. “Rancang Bangun Alat Sirkulasi Air Pada Sistem Tanaman Hidroponik.” 11(November).

2. Sutan, Sandra Malin, Darwin Kadarisman, Saiful Hosni, and Fadalillah Fadlillah. 2017. “Rancang Bangun Sistem Irigasi Dan Pemberian Nutrisi Otomatis Berbasis Rtc ( Real Time Clock ) Pada Sistem Hidroponik Nutrien Film Technique ( Nft ) Rrigation System Architecture And The Granting Of Nutrition-Based Automatic RTC ( Real Time Clock ) On The.” Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis Dan Biosistem 5(3):117–28.

3. Antara, I., I. Tika, and I. Budisanjaya. 2016. “Perancangan Sistem Irigasi Otomatis Dengan Sensor Resistif Berbasis Kadar Air Tanah Pada Tanaman Rukola (Eruca Sativa).” BETA (Biosistem Dan Teknik Pertanian) 4(1):1–12.

4. Delya, Buti, Ahmad Tusi, Budianto Lanya, and Iskandar Zulkarnain. 2014. “Rancang Bangun Sistem Hidroponik Pasang Surut Otomatis ( Desi Gn of Ebb and Flow Automati C Hydroponi C System For.” Jurnal Teknik Pertanian 3(3):205–12.

5. Noviandy, Rian, Redi Ratiandi Yacoub, and Elang Derdian Marindani. 2019. “Sistem Pengendalian Kelembaban Pada Budidaya Tanaman Sawi.” SISTEM PENGENDALIAN KELEMBABAN PADA BUDIDAYA TANAMAN SAWI Rian 1–10.

Tips & Trik:

6. Rizky. 2022. "Cara menanam sawi di pot dan Hidroponik". Orami.co.id

7. Ucihadiyanto. 2022. "Hidroponik Sawi:  Tanaman Sawi & Cara Menanam Hidroponik Sawi."     Tanahkaya.com

8. Zulfikar, Alya. 2021. "6 Cara Menanam Sawi Hidroponik Di Ruamh Yang Benar Dan Mudah".     Berita99.co

9. Baqir, Muhammad. 2021. "Langkah menanam Sawi Secara Hidroponik Di Sekitar Halaman        Rumah Anda.". Kebunpintar.id

10. Rafiaregina. 2021. "Cara Menanam Hingga Memanen Sawi Dengan Hidroponik". Farmee.id



1. Abstrak[Back]
Hidroponik adalah cara bercocok tanam dengan hanya menggunakan air sebagai media tumbuhnya, metode hidroponik sendiri merupakan metode yang sangat sederhana mengingat metode ini tidak memerlukan lahan yang luas. Besarnya minat masyarakat terhadap sistem hidroponik ini perlu di iringi dengan kamajuan tekhnologi saat ini yang sudah canggi untuk para petani mengontrol sirkulasi air dengan baik. ini membahas bagaimana merancang alat sirkulasi air pada sistem hidroponik . Sebagai alat control sistem tanaman hidroponik alat ini dilengkapi bagian bagian pendukung berupa, sensor unit ultra sonic, buzzer, dan lampu led sebagai indicator. Dan berupa alat pemantau temperature dan kelembapan udara, yang menggunakan mikrokontroler ATMega 328P dan sensor DHT11 yang mendeteksi temperature dan kelembapan udara. Penelitian ini dibuat agar para petani mengetahui bahwa membuat sistem tanaman hidroponik dengan memafaatkan teknologi pada jaman sekarang yang bisa mengotrolsirkulasi air secara otomatis pada sistem tanaman. 

2. Pendahuluan[Back]
Pada perkembangan zaman sekarang ada beberapa orang yang memahami bagaimana mengontrol suatu perkebunan menggunakan alat yang dibuat untuk memantau pertumbuhan tanaman. Salah satunya adalah tumbuhan hidroponik, Hidroponik merupakan tanaman yang ketergantungan hidupnya hanya pada air tanaman ini tidak memiliki tanah sebagai media tanamnya. Untuk keberhasilan penanaman hidroponik ini harus dilakukan perawatan untuk tanamanya. Perawatan yang utama ialah memastikan putaran sirkulasi air atau penyiraman nutrisi diberikan sesuai waktu yang ditentukan dalam jumlah yang cukup. Kadang pemilik usaha tersebut tidak berada pada area tanaman hidroponik tersebut, sehinnga tidak dapat melakukan perawatan. 

Mikrokontroler Arduino Uno sendiri merupakan piranti yang dapat dimanfaatkan untuk membuat suatu rangkaian elektronik, mulai dar i yang seder hana hingga kompleks. Arduino Uno ATmega328 adalah sebuah keping atau papan elektronik yang secara fungsional bekerja seperti sebuah komputer (Kadir, 2013), serta terdapat pin-pin dengan fungsi yang berbeda-beda (Utami, 2010)

Tujuan dari penelitin ini adalah bagaimana merancang sebuah system pengontrolan sirkulasi air pada tanaman hidroponik secara otomatis. Penelitian ini juga akan membuat sistem pengontrolan air di hidroponik yang menggunakan mikrokonroller Arduino Uno ATmega328. Pada penelitian ini masalahnya adalah bagaimana cara mengontrol sirkulasi air, pemantauan temperature dan kelembaban pada sebuah tanaman hidroponik agar mendapatkan hasil tanaman yang baik dan mempermudah petani dalam membuat sistem tanaman hidroponik ini. Solusinya adalah merancang system kontrol untuk dapat mengontrol sirkulasi air pada media tanam secara otomatis.

3. Tinjauan Pustaka [Back]

1. Arduino 328

Mikrokontroler adalah suatu Central Processing Unit (CPU) yang disertai dengan memori serta sarana input output dan dibuat dalam bentuk chip. CPU ini terdiri dari dua bagian yaitu yang pertama adalah unit pengendali dan yang kedua adalah unit aritmatika dan logika.

Mikrokontroler AVR (Alf and Vegaard’s Risc Processor) ATMega328P merupakan seri mikrokontroler Complementary Metal Oxide Semiconductor (CMOS) 8-bit buatan Atmel berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer). Hampir semua instruksi pada program dieksekusi dalam satu siklus clock .ATMega328P mempunyai 8 Kbyte in-System Programmable Flash yang memungkinkan memori program untuk diprogram ulang (read/write) dengan koneksi secara serial yang disebut Serial Peripheral Interface (SPI). AVR memilki keunggulan dibandingkan dengan mikrokontroler lain, keunggulan mikrokontroler AVR yaitu memiliki kecepatan dalam mengeksekusi program yang lebih cepat, karena sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock (lebih cepat dibandingkan mikrokontroler keluarga MCS 51 yang memiliki arsitektur Complex Intrukstion Set Compute). ATMega328P mempunyai throughput mendekati 1 Millions Instruction Per Second (MIPS) per MHz, sehingga membuat konsumsi daya menjadi rendah terhadap kecepatan proses eksekusi perintah.

ATMega328 memiliki 28 Pin, yang masing-masing pinnya memiliki fungsi yang berbeda-beda baik sebagai port maupun fungsi yang lainnya. Berikut akan dijelaskan fungsi dari masing-masing kaki ATmega8 yaitu sebagai berikut :

 

1.     VCC

Merupakan supply tegangan digital.

2.     GND

Merupakan ground untuk semua komponen yang membutuhkan grounding.

3.     Port B (PB7...PB0)

Didalam Port B terdapat XTAL1, XTAL2, TOSC1, TOSC2. Jumlah Port B adalah 8 buah pin, mulai dari pin B.0 sampai dengan B.7. Tiap pin dapat digunakan sebagai input maupun output. Port B merupakan sebuah 8-bit bi- directional I/O dengan internal pull-up resistor.Sebagai input, pin-pinyang terdapat pada port B yang secara eksternal diturunkan, maka akan mengeluarkan arus jika pull-up resistor diaktifkan. Khusus PB6 dapat digunakan sebagai input Kristal (inverting oscillator amplifier) dan input ke rangkaian clock internal, bergantung pada pengaturan Fuse bit yang digunakan untuk memilih sumber clock. Sedangkan untuk PB7 dapat digunakan sebagai output Kristal (output oscillator amplifier) bergantung pada pengaturan Fuse bit yang digunakan untuk memilih sumber clock.

4.     Port C (PC5…PC0)

Port C merupakan sebuah 7-bit bi-directional I/O port yang di dalam masing- masing pin terdapat pull-up resistor. Jumlah pin nya hanya 7 buah mulai dari pin C.0 sampai dengan pin C.6. Sebagai keluaran/output port C memiliki karakteristik yang sama dalam hal menyerap arus (sink) ataupun mengeluarkan arus (source).

5.     RESET/PC6

Jika RSTDISBL Fuse diprogram, maka PC6 akan berfungsi sebagai pin I/O. Pin ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan pin-pin yang terdapatpada port C lainnya. Namun jika RSTDISBL Fuse tidak diprogram, maka pin ini akan berfungsi sebagai input reset. Dan jika level tegangan yang masuk ke pin ini rendah dan pulsa yang ada lebih pendek dari pulsaminimum, maka akan menghasilkan suatu kondisi reset meskipun clock-nya tidak bekerja.

6.     Port D (PD7…PD0)

Port D merupakan 8-bit bi-directional I/O dengan internal pull-up resistor. Fungsi dari port ini sama dengan port-port yang lain. Hanya saja pada port ini tidak terdapat kegunaan-kegunaan yang lain. Pada port ini hanya berfungsi sebagai masukan dan keluaran saja atau biasa disebut dengan I/O.

7.     AVcc

Pin ini berfungsi sebagai supply tegangan untuk ADC. Untuk pin ini harus dihubungkan secara terpisah dengan VCC karena pin ini digunakan untuk analog saja. Bahkan jika ADC pada AVR tidak digunakan tetap saja disarankan untuk menghubungkannya secara terpisah dengan VCC. Jika ADC digunakan, maka AVcc harus dihubungkan ke VCC melalui low pass filter.

8.     AREF

Merupakan pin referensi jika menggunakan ADC

 

Konfigurasi pin ATMega 328P


Arsitektur ATMega 328P


2. Sensor Ultrasonik

Sensor ultrasonik HC-SR04 adalah seri dari sensor jarak dengan gelombang ultrasonik, dimana didalam sensor terdapat dua bagian yaitu transmitter yang berfungsi sebagai pemancar gelombang dan receiver yang berfungsi sebagai penerima gelombang. Sensor ultrasonik HC-SR04 ini bisa digunakan untuk mengukur jarak benda dari 2cm – 400 cm dengan akurasi 3mm. Sensor ultrasonik ini memiliki 4 pin yaitu:

·       Pin VCC sebagai pin masukan tegangan.

·       Pin GND sebagai grounding.

·       Pin Trigger untuk trigger keluarnya sinyal.

·       Pin Echo untuk menangkap sinyal pantul dari benda.

Dalam hal ini s merupakan jarak benda, v merupakan kecepatan gelombang suara yaitu 344m/detik dan t merupakan waktu tempuh dari saat sinyal ultrasonik dipancarkan hingga kembali ke penerima.

Spesifikasi dari sensor ultrasonik HC-SR04 adalah sebagai berikut:

·       Dimensi : 45 mm (P) x 20 mm (L) x 15 mm (T)

·       Tegangan : 5 V DC

·       Arus pada mode siaga :  <2 mA

·       Arus pada saat deteksi : 15 mA

·       Frekuensi suara : 40 kHz

·       Jangkauan Minimum : 2 cm

·       Jangkauan Maksimum : 400 cm

·       Input Trigger : 10 µS minimum, pulsa level TTL

·       Pulsa Echo : Sinyal level TTL positif, lebar berbanding proporsional dengan jarak yang dideteksi

 

Cara menggunakan sensor ini yaitu: ketika diberikan tegangan positif pada pin Trigger selama 10uS, maka sensor akan mengirimkan 8 step sinyal ultrasonik dengan frekuensi 40kHz. Selanjutnya, sinyal akan diterima pada pin Echo. Untuk mengukur jarak benda yang memantulkan sinyal tersebut, maka selisih waktu ketika mengirim dan menerima sinyal digunakan untuk menentukan jarak benda tersebut (menggunakan rumus diatas).

 


3. Sensor DHT 11
DHT11 merupakan sebuah sensor kelembaban dan suhu, komponen ini mempunyai output sinyal digital yang dikalibrasi dengan sensor kelembaban dan suhu yang kompleks,sinyal transmisi jarak pada ruangan hingga 20 meter.

Cara kerja dari rangkaian ini sangat sederhana dimana sensor DHT11/22 akan mengeluarkan output berupa nilai analog berdasarkan hasil pengukuran suhu dan kelembaban ruangan. Nilai analog ini yang kemudian akan diterjemahkan oleh arduino menjadi nilai suhu (dalam bentuk ºC) dan kelembaban ruangan (dalam bentuk %). 

Spesifikasi DHT11: 

    • Tegangan kerja = 3.3V-5V.
    • Arus maksimum = 2.5mA
    • Range pengukuran kelembaban = 20%-80%
    • Akurasi pengukuran kelembaban = 5%
    • Range pengukuran suhu = 0°C-50°C
    • Akurasi pengukuran suhu = 2°C
    • Kecepatan pengambilan sampel tidak lebih dari 1 Hz (setiap detik)
    • Ukuran = 15.5 mm x 12 mm x 5.5 mm
    • 4 pin dengan jarak 0,1 "

 

 

 



4. Sensor PH
Sensor pH adalah sensor yang digunakan untuk mengetahui derajat keasaman. pH meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan larutan. Prinsip utama kerja pH meter adalah terletak pada sensor probe berupa elektroda kaca (glass electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H30+ di dalam larutan. Dalam penggunaannya, sensor pH perlu dikalibrasi berkala agar keakuratannya dapat terjaga. Beberapa produsen sensor pH pada umumnya menyertakan instrumen untuk melakukan kalibrasi secara manual. Jika sensor pH dihubungjan dengan Arduino Uno, kalibrasi dapat dilakukan melalui program antarmuka kalibrasi sensor pH (pengembangan dari library sensor pH yang sudah tersedia). Hasil kalibrasi tersebut kemudian disimpan dalam EEPROM agar dapat digunakan untuk pengukuran normal.

 Spesifikasi:

- Catu Daya 5 V
- Ukuran Modul: 43 mm x 32 mm
- Jangkauan Pengukuran: 0 - 14 pH
- Temperatur Kerja: 0°C - 60°C
- Akurasi: ± 0.1 pH (25°C)
- Respon Waktu: = 1 menit
- Jenis Konektor: BNC
- Antarmuka: PH 2.0
- Gain Adjustment: Potensiometer

- Indikator Daya: LED 


5. Water Level Sensor




Sensor ketinggian air biasanya digunakan untuk menghitung ketinggian air di sungai, danau, atau tangki air. Sensor ini sangat mudah untuk dibuat karena bahan - bahanya sederhana. Water level sensor yang dibuat sekarang terbuat dari sensor magnet, magnet, bandul dan pipa.

Cara Kerja Sensor 

Pada saat ketinggian air naik, maka secara otomatis bandul bermagnet akan ikut terangkat juga, dan ketika magnet berada pada level sensor berikutnya maka sensor tersebut akan aktif dan menyalakan lampu atau peralatan lainya.

SPESIFIKASI :

Tegangan kerja: 3-5 VDC nArus kerja: < 20mA.

Tipe sensor: analog.

Max output: 2.5v (saat sensor terendam semua)

Luas area deteksi: 16x40mm nSuhu kerja: 10-30 C.

Ukuran: 20x62x8 mm. 

6. Relay
Relay merupakan sebuah saklar (Switch) yang beroperasinya secara elektrik dan merupakan suatu komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang mempunyai 2 bagian utama yaituMekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch) dan Elektromagnet (Coil).

 

 

7. Motor DC
Motor adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energy mekanis. Ditinjau dari arus yang dihasilkannya, motor listrik dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motor arus searah (DC) dan motor arus bolak-balik (AC). Namun jenis motor yang digunakan adalah motor DC

1.    8. Light Emitting Diode (LED)

      LED adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya, LED mempunyai kecenderungan polarisasi. LED mempunyai kutub positif dan negatif (p-n) dan hanya akan menyala bila diberikan arus maju. Ini dikarenakan LED terbuat dari bahan semikonduktor yang hanya akan mengizinkan arus listrik mengalir ke satu arah dan tidak ke arah sebaliknya. Bila LED diberikan arus terbalik, hanya akan ada sedikit arus yang melewati LED. Ini menyebabkan LED tidak akan mengeluarkan emisi cahaya.


 



9. Buzzer

Buzzer Arduino adalah salah satu komponen yang biasa dipadukan dalam rangkaian elektronik. Apabila kamu pernah mendengar ada bunyi beep-beep pada perangkat elektronik, maka itu adalah suara buzzer. Penggunaan buzzer biasanya ditemukan pada meteran listrik yang menggunakan pulsa, oven, sepeda motor, jam alarm, bel rumah, suara input keypad, bel sepeda, dan sebagainya. Namun untuk buzzer yang digunakan pada Arduino bukanlah jenis yang sembarangan. Buzzer pada Arduino haruslah memiliki tegangan 5 volt ke bawah. 



10. Resistor 

Resistor merupakan komponen pasif yang memiliki nilai resistansi tertentu dan berfungsi untuk menghambat jumlah arus listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian. Resistor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya resistor nilai tetap (fixed resistor), resistor variabel (variabel resistor), thermistor, dan LDR.





Cara membaca nilai resistor :

Cara menghitung nilai resistansi resistor dengan gelang warna :

1. Masukan angka langsung dari kode warna gelang pertama.

2. Masukan angka langsung dari kode warna gelang kedua.

3. Masukan angka langsung dari kode warna gelang ketiga.

 4. Masukkan jumlah nol dari kode warna gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10^n).

5. Gelang terakhir merupakan nilai toleransi dari resistor.

 



11. Potensiometer 

Potensiometer adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar dibawah ini menunjukan Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk dan Simbolnya.

Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam Komponen Potensiometer adalah:

-        Penyapu atau disebut juga dengan Wiper

-         Element Resistif

-        Terminal

 

Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

·       Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk menggeser wiper-nya

·       Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang melingkar. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut. Oleh karena itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan Thumbwheel Potentiometer.

·       Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan harus menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk memutarnya. Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan jarang dilakukan pengaturannya.

 

Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya (biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya Nilai Resistansi sebuah Potensiometer.

Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran Metal (logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon). Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear (Linear Potentiometer) dan Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).

Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan, Potensiometer sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika dengan fungsi-fungsi sebagai berikut: ·     

· Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier, Tape Mobil, DVD Player.

· Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply

· Sebagai Pembagi Tegangan Aplikasi Switch TRIAC

· Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser

·  Sebagai Pengendali Level Sinyal


4. Metode Penelitian [Back]
    Gambar Sistem Kontrol Sawi Hidroponik


Flow Chart




Gambar Simulasi Proteus


Listing Program

#include <dht.h>

#define SensorPin A0          // the pH meter Analog output is connected with the Arduino’s Analog

#define dht_apin A1

#define asamPin 5

#define basaPin 6

#define echoPin 2 // attach pin D2 Arduino to pin Echo of HC-SR04

#define trigPin 3 //attach pin D3 Arduino to pin Trig of HC-SR04

#define pompaIn 13

#define pompaOut 12

#define pompaasam 4

#define pompabasa 7

#define lampu 11

#define kipas 10

#define semprot 9

#define botolasam A2

#define botolbasa A3

dht DHT;

unsigned long int avgValue;  //Store the average value of the sensor feedback

float b, c = 5.5, d = 6.5;

int buf[10],temp;

long duration; // variable for the duration of sound wave travel

int distance; // variable for the distance measurement

 

void setup()

{

  pinMode (asamPin, OUTPUT);

  pinMode (pompaIn, OUTPUT);

  pinMode (pompaOut, OUTPUT);

  pinMode (lampu, OUTPUT);

  pinMode (kipas, OUTPUT);

  pinMode (semprot, OUTPUT);

  pinMode (basaPin, OUTPUT);

  pinMode(trigPin, OUTPUT); // Sets the trigPin as an OUTPUT

  pinMode(echoPin, INPUT); // Sets the echoPin as an INPUT

  pinMode (SensorPin, INPUT);

  pinMode(pompaasam, OUTPUT);

  pinMode(pompabasa, OUTPUT);

  digitalWrite(botolasam, LOW); // turn the sensor OFF

  digitalWrite(botolbasa, LOW);

  Serial.begin(9600);  

  Serial.println("Ready");    //Test the serial monitor

}

void loop()

{

  for(int i=0;i<10;i++)       //Get 10 sample value from the sensor for smooth the value

  {

    buf[i]=analogRead(SensorPin);

    delay(10);

  }

  for(int i=0;i<9;i++)        //sort the analog from small to large

  {

    for(int j=i+1;j<10;j++)

    {

      if(buf[i]>buf[j])

      {

        temp=buf[i];

        buf[i]=buf[j];

        buf[j]=temp;

      }

    }

  }

  avgValue=0;

  for(int i=2;i<8;i++)                      //take the average value of 6 center sample

    avgValue+=buf[i];

  float phValue=(float)avgValue*5.0/1024/6; //convert the analog into millivolt

  phValue=3.5*phValue;                      //convert the millivolt into pH value

  Serial.print("    pH:");  

  Serial.print(phValue,2);

  Serial.println(" ");      

 

   if (phValue < c){

    digitalWrite (basaPin, HIGH);

    digitalWrite (asamPin, LOW);

    }

   else if (phValue > d){

    digitalWrite (asamPin, HIGH);

    digitalWrite (basaPin, LOW);

    }

    else {

      digitalWrite (basaPin, LOW);

      digitalWrite (asamPin, LOW);

      }

 

 delay (500);

 

// ultrasonik

  digitalWrite(trigPin, LOW);

  delayMicroseconds(2);

  // Sets the trigPin HIGH (ACTIVE) for 10 microseconds

  digitalWrite(trigPin, HIGH);

  delayMicroseconds(10);

  digitalWrite(trigPin, LOW);

  // Reads the echoPin, returns the sound wave travel time in microseconds

  duration = pulseIn(echoPin, HIGH);

  // Calculating the distance

  distance = duration * 0.034 / 2; // Speed of sound wave divided by 2 (go and back)

  // Displays the distance on the Serial Monitor

 

   if (distance >= 20){

    digitalWrite (pompaIn, HIGH);

    }

    else {

      digitalWrite (pompaIn, LOW);

      }

 

  Serial.print("Distance: ");

  Serial.print(distance);

  Serial.println(" cm");

delay (500);

 

   DHT.read11(dht_apin);

   

    Serial.print("kelembapan terkini = ");

    Serial.print(DHT.humidity);

    Serial.print("%  ");

    Serial.print("temperature = ");

    Serial.print(DHT.temperature);

    Serial.println("C  ");

 

    if (DHT.humidity < 67){

      digitalWrite (semprot, HIGH);

      digitalWrite (lampu, LOW);

      }

    else if (DHT.humidity > 72){

      digitalWrite (lampu, HIGH);

      digitalWrite (semprot, LOW);

      }

    else {

      digitalWrite (semprot, LOW);

      digitalWrite (lampu, LOW);

      }

 

     if (DHT.temperature < 24){

      digitalWrite (lampu, HIGH);

      digitalWrite (kipas, LOW);

      }

      else if (DHT.temperature > 28){

        digitalWrite (kipas, HIGH);

        digitalWrite (lampu, LOW);

        }

      else {

        digitalWrite (kipas, LOW);

        digitalWrite (lampu, LOW);

        }

//water level

digitalWrite(botolasam, HIGH);  // turn the sensor ON

  delay(10);                      // wait 10 milliseconds

  int asamvalue = analogRead(botolasam); // read the analog value from sensor

  digitalWrite(botolasam, LOW);   // turn the sensor OFF

 

  Serial.print("ketinggian botol asam: ");

  Serial.println(asamvalue);

 

  delay(100);

 

digitalWrite(botolbasa, HIGH);  // turn the sensor ON

  delay(10);                      // wait 10 milliseconds

  int basavalue = analogRead(botolbasa); // read the analog value from sensor

  digitalWrite(botolbasa, LOW);   // turn the sensor OFF

 

  Serial.print("ketinggian botol basa: ");

  Serial.println(basavalue);

 

  delay(100);

 

if (asamvalue <= 300) {

  digitalWrite (pompaasam, HIGH);

  }

else {

  digitalWrite (pompaasam, LOW);

  }

if (basavalue <= 300){

  digitalWrite (pompabasa, HIGH);

  }

else {

  digitalWrite (pompabasa, LOW);

  }

 

}

 

 

5. Hasil dan Pembahasan[Back]

Pada gambar alat terlihat alat penyiraman tanaman hidroponik yang terdiri dari tanaman sawi, sensor ultrasonik, sensor dht 11, sensor pH, paralon, botol pH asam, botol pH basa, mikrokontroller ATMega 328P, dan komponen pendukung lainnya. Tanaman yang digunakan pada pengimplementasi yang terdapat pada gambar adalah sawi. Paralon di bor lalu sawi ditanam diatas paralon 4x4 m. Sensor pH dan sensor dht 11 terletak di setiap sudut paralon 4x4 m. dibawah paralon terdapat tandon air. Dimana di dalam tandon air terdapat pompa air masuk dan di dalam paralon terdapat pompa air keluar berfungsi untuk memberikan air pada tanaman sawi. Sensro ultrasonik terdapat pada kedua sisi paralon 4x4 m. Agar suhu dapat diatur maka digunakan heater dibawah paralon. Untuk menjaga pH tanaman sawi tetap seimbang, maka di letakkan botol pH asam dan pH basa di salah satu sisi paralon. Kipas Angin berfungsi untuk pendingin ketika suhu tinggi. Lalu Sprayer digunakan ketika kelembapan rendah. Dengan menggunakan metode budidaya tanaman sistem hidroponik menggunakan mikrokontroler Atmega 328P ini sudah mampu bekerja dengan baik sesuai dengan perancangan, dimana penyemprotan telah tersalurkan setiap suhu mencapai 26 dan kelembaban 67% , maka pompa dan relay akan aktif, dan maka pompa dan relay non aktif ketika suhu mengindra kurang dari 26 dan kelembaban kurang dari 67%.

6. Kesimpulan[Back]
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan: 
1. Penelitian alat penyiraman tanaman dengan metode budidaya tanaman sistem hidroponik menggunakan mikrokontroler Atmega 328P ini sudah mampu bekerja dengan baik sesuai dengan perancangan, dimana penyemprotan telah tersalurkan setiap suhu mencapai 26 dan kelembaban 67% , maka pompa dan relay akan aktif, dan jika suhu mengindra kurang dari 26 dan kelembaban kurang dari 67% ,maka pompa dan relay non aktif. 
2. Dengan adanya alat ini pengguna dapat membudiyakan tanaman dengan mudah dan juga tidak membutuhkan pekerja yang memantau tanaman setiap hari.

7. Daftar Pustaka[Back]

1. Hulukati, Stephan A., Muhammad Asri, Owin Pegu, and Syahrir Abdussamad. 2022. “Rancang Bangun Alat Sirkulasi Air Pada Sistem Tanaman Hidroponik.” 11(November).

2. Sutan, Sandra Malin, Darwin Kadarisman, Saiful Hosni, and Fadalillah Fadlillah. 2017. “Rancang Bangun Sistem Irigasi Dan Pemberian Nutrisi Otomatis Berbasis Rtc ( Real Time Clock ) Pada Sistem Hidroponik Nutrien Film Technique ( Nft ) Rrigation System Architecture And The Granting Of Nutrition-Based Automatic RTC ( Real Time Clock ) On The.” Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis Dan Biosistem 5(3):117–28.

3. Antara, I., I. Tika, and I. Budisanjaya. 2016. “Perancangan Sistem Irigasi Otomatis Dengan Sensor Resistif Berbasis Kadar Air Tanah Pada Tanaman Rukola (Eruca Sativa).” BETA (Biosistem Dan Teknik Pertanian) 4(1):1–12.

4. Delya, Buti, Ahmad Tusi, Budianto Lanya, and Iskandar Zulkarnain. 2014. “Rancang Bangun Sistem Hidroponik Pasang Surut Otomatis ( Desi Gn of Ebb and Flow Automati C Hydroponi C System For.” Jurnal Teknik Pertanian 3(3):205–12.

5. Noviandy, Rian, Redi Ratiandi Yacoub, and Elang Derdian Marindani. 2019. “Sistem Pengendalian Kelembaban Pada Budidaya Tanaman Sawi.” SISTEM PENGENDALIAN KELEMBABAN PADA BUDIDAYA TANAMAN SAWI Rian 1–10.

6. Rizky. 2022. "Cara menanam sawi di pot dan Hidroponik". Orami.co.id

7. Ucihadiyanto. 2022. "Hidroponik Sawi:  Tanaman Sawi & Cara Menanam Hidroponik Sawi."     Tanahkaya.com

8. Zulfikar, Alya. 2021. "6 Cara Menanam Sawi Hidroponik Di Ruamh Yang Benar Dan Mudah".     Berita99.co

9. Baqir, Muhammad. 2021. "Langkah menanam Sawi Secara Hidroponik Di Sekitar Halaman        Rumah Anda.". Kebunpintar.id

10. Rafiaregina. 2021. "Cara Menanam Hingga Memanen Sawi Dengan Hidroponik". Farmee.id


8. Video[Back]


Video menanam sawi hidroponik sampai panen yang benar


Video sistem kontrol budidaya sawi hidroponik



Video simulasi proteus


Video blog diperiksa kelompok lain (Wahyu Syahrul Akmal)


9. Link Download[Back]

file html klik disini
file rangkaian klik disini
video rangkaian klik disini
listing program klik disini
library sensor ultrasonik klik disini
library sensor ph klik disini
library dht11 klik disini
library water level sensor klik disini
datasheet sensor ultrasonik klik disini
datasheet sensor ph klik disini
datasheet dht11 klik disini
datasheet water level sensor klik disini
datasheet relay klik disini
datasheet transistor klik disini
datasheet motor dc klik disini
datasheet dioda klik disini
datasheet buzzer klik disini
referensi 1 klik disini
referensi 2 klik disini
referensi 3 klik disini
referensi 4 klik disini
referensi 5 klik disini
referensi 6 klik disini
referensi 7 klik disini
referensi 8 klik disini
referensi 9 klik disini
referensi 10 klik disini




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DISPENSER OTOMATIS

DISPENSER OTOMATIS   1. Tujuan mengetahui fungsi komponen-komponen yang digunakan. memahami prinsip kerja dari sensor PIR, sensor infrared ,...